Rahajeng Alfiatu Z.
Arang
Hitam
Sebuah nama sebuah
cerita. ”Kak Uwa” Nama yang membuat cerita ini bermula. Kak Uwa yang profilnya
selalu mengisi kolom pojok kiri atas di mading sekolah kami. Aku mengenalnya
meski kami beda tingakat, bukan hanya aku yang mengenalnya teman satu kelasku
pun banyak yang mengenalnya. Tapi aku mengenlya hanya sebatas mengetahui
namanya. Tidak ada yang kurang juga tidak ada yang dilebih-lebihkan
Senin, 2 November 2015, ini adalah pagi yang kesekian
di depan mading sekolah kami terpampang potret Kak Uwa. Teman–temanku selalu
ramai membicarakanya. Mulai dari Kak Uwa yang cakep lah, Kak Uwa yanag pinter
lah, yang inilah, yang itulah, apalah apalah itu. Tapi aku tak pernah tertarik
dengan obrolan semacam itu meski aku juga mengenalnya. Aku mengenalnya sebagai
seseorang yang istimewa bagi Kak Ajeng, kakak sepupu aku
Sesedarhana itulah aku mengenalnya. Namun dari
situlah kisah ini bermula. Membuat beberapa hal yang sederhana menjadi rumit.
Hanya karena sesatu yang menurutku tabu
“Sesederhana
itu aku mengenalnya Wi, cukup sudah” ucapku membuka pembicaraan
“Tapi kenapa bisa serumit ini Fi?” timpal Uwi
“Kalau kamu tanya seperti itu, itu sama saja kayak
kamu tanya, kenapa banyak pesawat yang
jatuh diatas segitiga Bermuda? Ada banyak jawaban, tapi semua itu asumsi, tidak
ada yang tahu pasti jawabanya”
“Gak usah sealay
itu bisa kan Fi, tumben banget kamu menggubris masalah beginian?” kata Uwi
mencairkan suasana
“Gara-gara ini Wi, aku bersitegang dengan Kak Ajeng,
kakak sepupu aku” balasku malas
“Terserah kamulah Fi, gak usah terlalu di pusingkan,
toh kamu hidup juga bukan untuk mereka” katanya meyakinkanku
Akhir–akhir ini
percakapan seperti itu sering terjadi antara aku dengan Si Uwi teman sebangku
ku. Sejak satu sekolah selalu membicarakan aku dengan Kak Uwa. Aku tak habis
fikir kenapa meraka begitu cepat meyimpulkan. Hanya karena mereka pernah
melihat aku mengobrol dengan Kak Uwa di koridor depan kelas XII MIA 1, itupun
cuma sat kali. Biasanya aku tidak terlalu memusingkan hal-hal seperti ini
Tapi kali ini untuk kali ini berbeda, aku jadi bersitegang dengan Kak
Ajeng hanya gara-gara rumor bahwa aku dekat denga Kak Uwa. Kak Ajeng lagi, aku gak habis
fikir Kak Ajeng yang biasanya bersikap dewasa kenapa bisa berfikir sependek
itu.
Setelah satu minggu bertahan dengan keadaan seperti
itu aku sampai pada batas kesabaranku. Aku tidak tahan dengan keadaan seperti
ini. Aku tak suka bersitegang dengan Kak Ajeng, apalagi hanya karena cowok. Dengan
mengumpulkan semua keberanian yang aku miliki, aku memberanikan diri bicara
langsung dengan Kak Ajeng, memberikan penjelasan tentang sesuatu yang samar. Setelah
satu hari sebelumnya aku mengirim sebuah surat.
“Kak
aku datang ke rumah kakak untuk minta maaf sama kakak. Tentang Uwa itu cuma
salah faham kak.” Ucapku saat tiba dirumahnya
“Sudahlah
Fi. Setelah membaca surat dari kamu kemarin, kakak berfikir, kenapa kakak bisa berfikir
sedangkal itu. Kakak juga mengerti jika selama ini, kamu tidak ada hubungan
apapun dengan Kak Uwa.”
“Iya
kak, maafin aku ya kak, aku nggak ingin kita bersitegang lagi kayak kemarin,
nggak enak kak.” Kataku sedikit memelas
“Iya kakak juga minta maaf sama
kamu.” Balasnya sambil tersenyum kepadaku
Itulah
akhir dari satu kisah kecil dalam hidupku aku selalu tersenyum lebih lebar jika
satu kisahku berakhir bahagia. Bukan hanya aku yang bahagia juga setiap orang
yang berhubungan dengan ceritaku. Kisah yang sederhana namun tetap mengandung
makna.
Untuk Kak Ajeng
Maafkan aku ya kak. . .
Rangkaian kata
Akan mewakili
Hati.Untuk kata maaf
Atas keselahan yang pernah terjadi
Jauhkan kita dari kesalah fahaman
Entah apa yang akan terucap
Namun jika maaf bisa menyelesaikan semua
Gantikan
kesalahan yang pernah terjadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar