Nuris Sa’adah
Mati?
Hidup/ Obat Batuk?
Lapangan sekolah tampak
begitu gersang, panasnya siang menambah kegersangan. Rasa haus melandaku yang
sedang duduk didepan kelas, sambil menikmati pemandangan yang ada. Disini aku
dapat melihat rumah megah Kyai Tholhah yang ada diluar gerbang tertutup oleh
pohon besar disebelah pos satpam. Jalanan didepan sekolah tampak sepi tak ada
kendaraan yang melintas, seorangpun tak ada, mungkin panasnya siang membuat
mereka malas keluar. Hanya angin yang lewat dan para debu yang bertaburan. Tapi
tunggu aku mendengar suara, sepertinya aku mengenal suara itu.Itu suara sirine
mobil putih yang bertulis tinta merah “AMBULANCE.”
Teringatku pada sebuah kisah.
Kala
itu hujan deras, ditambah sang Zeus
memainkan petirnya. Angin ikut mengayun-ayunkan air, hingga disini hampir sama
dengan hujan badai. Aku yang duduk dan termenung di sudut ruangan, memojokkan
diri dari ganasnya badai. Mendengar petir yang saling saut menyaut membuatku
takut. Aku ingin pergi dari suasana ini. Kupegang dadaku, kurasakan jantung
kumulai berdetak tak karuan, dag dig dug dengan ritme yang cepat. “DHUWARRRR” suara petir yang keras mengagetkanku. Detak jantungku kini mulai
berantakkan. Aku mencoba menyetabilkan detak jantungku ini dengan berusaha agar
lebih tenang.Tapi sayang, nafasku melai tak karuan. Ku lihat telapak tanganku
telah basah dengan keringat dingin, jangan
sekarang, batinku. DHUUWWWAAAAARRRRRR!! Satu lagi bentakkan sang Zeus yang lebih keras dari sebelumnya
dan aku mulai merasakan sulitnya bernapas.
Oh tuhan dadaku terasa sakit. Aku selalu berusaha
menghirup udara tapi aku tak bisa, aku merasakan antara hidup dan mati. Di
tengah-tengah aku berusaha, seorang sadar akan keadaanku. Dia membawaku
ketempat yang lebih aman, tapi tetap saja tidak membantuku. Pandanganku mulai
buram, kulihat samar-samar banyak orang yang mengelilingiku. Aku tak
memperdulikan mereka, kini aku hanya berfikir bagaimana aku bernafas.
Aku merasa tubuhku terangkat, berjalan, menuju
sebuah, entahlah, aku dimasukkan kedalam apa? Dari pandangan buramku, aku
melihat sebuah ruangan kecil berwarna putih. Disana aku bersama seseorang tapi
entah siapa. Dia memberi sesuatu di hidungku dan aku merasa sedikit terbantu. Aku
terkapar lemas, ku rasakan ruangan kecil itu berjalan tapi aku tak tau kemana.
Sebuah suara menyadarkanku, aku baru tau ruang kecil itu adalah “AMBULANCE.”
Perlahan-lahan ku buka mataku, ku pandangi setiap
sudut-sudut di sekelilingku. Ku rasakan ada sesuatu yang mengganjal di
hidungku, ku lihat sebelah kananku ada dua tabung besar berwarna biru yang
terhubung selang dengan benda yang ada di hidungku. Dimana aku? Pertanyaan itu muncul dalam pikirku. Belum sempat
pandanganku menjelajahi ruang ini, sebuah suara menbuyarkan lamunanku.
“Adik sudah sadar?” katanya dengan lembut. Aku hanya
membalasnya dengan anggukan.
“Kalau gitu minum obat duluya,” kata seseorang yang
memakai jas putih dengan stetoskop di
lehernya, dan kali ini aku tak membalas ajakannya dengan anggukan ataupun
sepatah kata.
Tak lama kemudian, sang dokter datang dengan membawa
sendok dan sebuah botol, sepertinya botol itu adalah obat. Tapi tunggu, itu
obat sirup? aku ini bukan anak kecil
lagi, tapi mengapa aku masih diberi obat sirup? aku bisa minum tablet ataupun
kapsul tapi kenapa aku malah di beri itu?, pikirku kesal. Tak perlu ku
ceritakan bagaimana aku meminum sirup itu, tapi yang menjadikan ku geram adalah
saat ku lihat botol itu. Saking iseng aku mengambil botol itu yang telah
diletakkan dokter di atas meja sebelahku. Dextromethorphan
HBr. Itu yang tertulis di sana, betapa kagetnya saat aku membacanya. Aku
masih tak percaya dengan apa yang aku dapat, ku baca indikasi obat itu. Disana
tertulis meredakan batuk. HELLOOW, aku sakit apa? Di beri obat apa?! Coba pikir
gimana aku sembuh kalau diberi gituan.
Wajah
kumulai melemas saat mengingat kejadian antara hidup dan matiku di tambah
kejadian obat itu, membuat semangatku hanyut bersama kenangan itu. Pasti mobil
itu akan melintas didepanku, aku malas
melihatnya, batinku. Tapi tiba-tiba aku tertawa, menertawakan dugaanku yang
keliru. Sumber suara itu bukan AMBULANCE tapi anak kecil yang bersepeda dengan
diiringi sirine AMBULANCE yang ada pada sepedanya HAHA (gaklucuya -_-).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar