Indana Zulfa
Tak
Apa
Pernahkah kau berdo’a kepada Allah, namun kau merasa
Dia tak mendengar ? Pernahkah kau meminta kepada Allah, namun kau merasa Dia
seolah tak memberi ? Pernahkah kau mengiba pada Allah, namun kau merasa Dia
seolah tak peduli ? Jika ‘ya’ adalah jawabannya mungkin kau perlu menemui
ibumu, mencium telapak keriputnya, dan meminta restunya. Bukankah ridho Allah
bergantung pada ridho orang tua?”
“Karin ingin melanjutkan kesana bu” begitulah pinta Karin pada ibunya
dengan tatapan penuh harap
“Simpan dulu keinginanmu itu nak, kalau memang allah menghendakinya maka
itulah yang akan menjadi pilihan terbaikmu” katanya sambil mengusap-usap
kepalaku
Ibu adalah sesosok malaikat
yang tanpa kuminta, ia akan selalu merapalkan do’anya untukku, untuk keluarga
kami, di tiap akhir sholat fardhu, terlebih sholat malamnya. Meski tanpa isak
tangis, tanpa lelehan air mata, tapi ia senantiasa melakukannya.
Mencari informasi tentang sekolah
itu adalah kegiatanku akhir-akhir ini. Mulai dari konsultasi pada guru BK
sampai menjelajahi ‘mbah Google’ pun aku lakukan. Semua itu hanya untuk satu
tujuan yakni terwujudnya impian di MAN Malang 1.
Hari demi hari pun berlalu,
hingga tiba saatnya pendaftaran jalur ‘Unggulan’ dibuka. Aku kembali meminta
pada ibu agar ia menyetujui keinginanku itu, dan harapan baik pun berpihak
padaku. Dengan menuturkan nasehat-nasehatnya ia pun memberikan uang untuk
membeli formulir pendaftaran. Senang
berbalut keharuan aku pun menerimanya. Tak kulupa syukur kepada Allah pun aku
panjatkan yang mana Allah lah yang menggerakkan hati ibu untuk menyetujui
keiginanku. Alhamdulillah ….
Kembali aku menemui guru BK
– Bu Ana, untuk membeli formulir pendaftaran, karena Bu Ana yang akan mengurusi
kelanjutannya. Dengan hati yang selalu bedesir oleh namaNya aku mengisi lembar
demi lembar kertas-kertas tersebut. Harapan untuk diterima sebagai siswa di MAN
Malang 1 pun bergejolak. Hingga pada akhirnya Bu Ana mengumumkan bahwa pada tanggal
14 Desember akan dilaksanakan TesTulis serta Tes Wawancara untuk pendaftaran di
jalur ‘Unggulan’.
Dengan rasa penuhyakin, aku
pun mulai mempersiapkan diri untuk mengikuti serangkaian tes tersebut. Berbekal
berbagai materi, aku pun mulai berlatih untuk mengerjakan soal-soal latihan.
Taklupa do’aIbu pun selalu kuminta saat aku menghadapi suatu kesulitan, ujian
misalnya, ia akan merengkuh tubuhku dengan cepat, memelukku, mencium pipiku
dengan gemas, lantas merapal kalimat yang mendamaikan hatiku “Semoga kamu di
terima di sekolah pilihanmu itu nak !”. Bisiknya
Dan hari ini, tes pun
dilaksanakan pada pukul 08.00. mulai pagi aku sudah menyiapkan alat-alat yang
dibutuhkan agar hal-hal yang tidak kuinginkan tidak akan terjadi. Jam mulai
menunjukkan pukul 07.00, aku dan ibu pun
berangkat ,namun kemacetan terjadi sehingga aku terlambat memasuki ruangan tes.
Di bangku paling depan aku mulai mengerjakan soal-soal tes. Dengan bibir yang
tak pernah kering dari do’a aku mengisi lembar jawabannya.
Ikhtiarku pun berakhir disini. Namun, benang-benang
tawakkal akan kurajut dihari-hari berikutnya.
Beberapa hari kemudian,
pengumuman hasil tes akan dibacakan oleh Bu Ana. Resah, panik, dag-dig-dug nya
hati ikut mengisi suasana tubuh saat itu. Hingga disebutkan satu per satu nama
siswa yang lolos dalam tes ini. Dan – namaku disebut dalam urutan ketiga.
Tangis bahagia pun mengisi ruangan itu.
Senang, bahagia, gembira
bercampur jadi satu. Aku yakin ini semua berkat do’a-do’a yang selalu ibu rapal
diakhir sujudnya. Alhamdulillah, aku punya seorang malaikat bernama Ibu.
Pengorbanannya teramat besar bagi kami. Sayangi, Lindungi, Rahmati Ibuku yaa
Rabb ..
Seiring berjalannya waktu,
hari demi hari pun terlewati, namun perasaan bahagia tak kunjung luntur dariku.
Hari ini Rapat Walisiswa Baru dilaksanakan, namun giliran Abi yang kini datang
-Sosok pejuang yang tak pernah mengenal lelah, yang tak asing dengan sengat
mentari siang hari, yang tak pernah berpaling dari sepertiga malamNya, yang
juga selalu menyebutku dalam do’anya-
Pukul 09.00 abi baru akan
berangkat, sedangkan rapat sudah dimulai setengah jam yang lalu. Namun
untungnya Abi tak tertinggal informasi sekolah itu.
Aku yang dirumah tidak ikut
menghadiri rapat itu, hanya bisa menunggu Abi dengan hati yang dirundung oleh
berbagai pertanyaan tentang hasil rapat. Ketika Abi datang, ia langsung
memanggilku. Dengan cepat aku pun menghampirinya. Wajah teduhnya mengisyaratkan
bahwa aku diminta duduk disampingnya, tanpa berfikir panjang aku menurutinya.
“Nak, Abi kok kurang setuju yaa kalau kamu melanjutkan
disana”. Kata Abi dengan tutur yang lembut.
“Kenapa bi?”. Tanyaku yang mulai memberontak akan
kata-kata Abi.
“Menurut Abi disana hanya akan menghabiskan waktu
untuk hafalanmu nak. Abi juga ingin kamu khatam seperti kakakmu. Sudahlah nak,
Abi tau ini berat untuk kamu lakukan tapi semua demi kebaikanmu juga” katanya
menjelaskan.
“Lalu, mau Abi aku sekolah dimana?” tanyaku yang mulai
sedih.
“Di Aliyah Almaaarif menurut Abi cocok untuk kamu nak”
jawabnya dengan muka yang sangat meyakinkan.
Percakapan singkat dengan
Abi membuatku gamang untuk menentukan sebuah pilihan. Dimana pilihan inilah
yang nantinya akan membawaku menuju
kesuksesan. Bagaimana tidak gamang ? perjuanganku untuk mendaftar di MAN Malang
1 tidaklah mudah, namun membutuhkan sebuah proses panjang. Namun, saran Abi
juga tidak bisa disalahkan, ia sangat faham dengan keadaan serta kemampuanku.
“Ya Rabb .. pilihan mana yang paling baik untuk
kujalani ?” semua ini pasti tak lepas dari rencana terindah_Mu. Teringat
kembali sebuah Sabda yang selalu terngiang ditelingaku “Ridho Allah bergantung
pada Ridho kedua Orangtua”. Kalau Abi saja tidak meridhoinya bagaimana dengan
Rabbku ? –Bertubi-tubi pertanyaan aneh menghantuiku-
Akhirnya, keputusan untuk
meninggalkan keinginanku pun sudah sangat bulat semata-mata hanya untuk
menggapai Ridho_Nya. Kuterima tawaran Abi, meski penuh dengan paksaan. Namun dengan seiring berjalannya waktu, aku
mulai belajar untuk ikhlas dalam menjalaninya, karena aku yakin dan sangat
yakin akan ketetapan dan janji terindahNya.
Bukankah Allah mengambil
sesuatu darimu melainkan Dia telah
mempersiapkan ganti yang lebih baik untukmu ? Kuncinya hanya satu jangan sampai
kamu sedih dan berputus asa. Karena apa yang ada disisi Allah jauh lebih baik
dari apa yang ada dibenakmu. Percayalah pada Allah serta berprasangkalah baik
padaNya, sebab Dia sebagaimana prasangka hamba terhadapNya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar