Kamis, 16 Maret 2017

Indana Zulfa
Tak Apa

Pernahkah kau berdo’a kepada Allah, namun kau merasa Dia tak mendengar ? Pernahkah kau meminta kepada Allah, namun kau merasa Dia seolah tak memberi ? Pernahkah kau mengiba pada Allah, namun kau merasa Dia seolah tak peduli ? Jika ‘ya’ adalah jawabannya mungkin kau perlu menemui ibumu, mencium telapak keriputnya, dan meminta restunya. Bukankah ridho Allah bergantung pada ridho orang tua?”
“Karin ingin melanjutkan kesana bu” begitulah pinta Karin pada ibunya dengan tatapan penuh harap
“Simpan dulu keinginanmu itu nak, kalau memang allah menghendakinya maka itulah yang akan menjadi pilihan terbaikmu” katanya sambil mengusap-usap kepalaku
Ibu adalah sesosok malaikat yang tanpa kuminta, ia akan selalu merapalkan do’anya untukku, untuk keluarga kami, di tiap akhir sholat fardhu, terlebih sholat malamnya. Meski tanpa isak tangis, tanpa lelehan air mata, tapi ia senantiasa melakukannya.
Mencari informasi tentang sekolah itu adalah kegiatanku akhir-akhir ini. Mulai dari konsultasi pada guru BK sampai menjelajahi ‘mbah Google’ pun aku lakukan. Semua itu hanya untuk satu tujuan yakni terwujudnya impian di MAN Malang 1.
Hari demi hari pun berlalu, hingga tiba saatnya pendaftaran jalur ‘Unggulan’ dibuka. Aku kembali meminta pada ibu agar ia menyetujui keinginanku itu, dan harapan baik pun berpihak padaku. Dengan menuturkan nasehat-nasehatnya ia pun memberikan uang untuk membeli formulir pendaftaran.  Senang berbalut keharuan aku pun menerimanya. Tak kulupa syukur kepada Allah pun aku panjatkan yang mana Allah lah yang menggerakkan hati ibu untuk menyetujui keiginanku. Alhamdulillah ….
Kembali aku menemui guru BK – Bu Ana, untuk membeli formulir pendaftaran, karena Bu Ana yang akan mengurusi kelanjutannya. Dengan hati yang selalu bedesir oleh namaNya aku mengisi lembar demi lembar kertas-kertas tersebut. Harapan untuk diterima sebagai siswa di MAN Malang 1 pun bergejolak. Hingga pada akhirnya Bu Ana mengumumkan bahwa pada tanggal 14 Desember akan dilaksanakan TesTulis serta Tes Wawancara untuk pendaftaran di jalur ‘Unggulan’.
Dengan rasa penuhyakin, aku pun mulai mempersiapkan diri untuk mengikuti serangkaian tes tersebut. Berbekal berbagai materi, aku pun mulai berlatih untuk mengerjakan soal-soal latihan. Taklupa do’aIbu pun selalu kuminta saat aku menghadapi suatu kesulitan, ujian misalnya, ia akan merengkuh tubuhku dengan cepat, memelukku, mencium pipiku dengan gemas, lantas merapal kalimat yang mendamaikan hatiku “Semoga kamu di terima di sekolah pilihanmu itu nak !”. Bisiknya
Dan hari ini, tes pun dilaksanakan pada pukul 08.00. mulai pagi aku sudah menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan agar hal-hal yang tidak kuinginkan tidak akan terjadi. Jam mulai menunjukkan  pukul 07.00, aku dan ibu pun berangkat ,namun kemacetan terjadi sehingga aku terlambat memasuki ruangan tes. Di bangku paling depan aku mulai mengerjakan soal-soal tes. Dengan bibir yang tak pernah kering dari do’a aku mengisi lembar jawabannya.
Ikhtiarku pun berakhir disini. Namun, benang-benang tawakkal akan kurajut dihari-hari berikutnya.
Beberapa hari kemudian, pengumuman hasil tes akan dibacakan oleh Bu Ana. Resah, panik, dag-dig-dug nya hati ikut mengisi suasana tubuh saat itu. Hingga disebutkan satu per satu nama siswa yang lolos dalam tes ini. Dan – namaku disebut dalam urutan ketiga. Tangis bahagia pun mengisi ruangan itu.
Senang, bahagia, gembira bercampur jadi satu. Aku yakin ini semua berkat do’a-do’a yang selalu ibu rapal diakhir sujudnya. Alhamdulillah, aku punya seorang malaikat bernama Ibu. Pengorbanannya teramat besar bagi kami. Sayangi, Lindungi, Rahmati Ibuku yaa Rabb ..
Seiring berjalannya waktu, hari demi hari pun terlewati, namun perasaan bahagia tak kunjung luntur dariku. Hari ini Rapat Walisiswa Baru dilaksanakan, namun giliran Abi yang kini datang -Sosok pejuang yang tak pernah mengenal lelah, yang tak asing dengan sengat mentari siang hari, yang tak pernah berpaling dari sepertiga malamNya, yang juga selalu menyebutku dalam do’anya-
Pukul 09.00 abi baru akan berangkat, sedangkan rapat sudah dimulai setengah jam yang lalu. Namun untungnya Abi tak tertinggal informasi sekolah itu.
Aku yang dirumah tidak ikut menghadiri rapat itu, hanya bisa menunggu Abi dengan hati yang dirundung oleh berbagai pertanyaan tentang hasil rapat. Ketika Abi datang, ia langsung memanggilku. Dengan cepat aku pun menghampirinya. Wajah teduhnya mengisyaratkan bahwa aku diminta duduk disampingnya, tanpa berfikir panjang aku menurutinya.
“Nak, Abi kok kurang setuju yaa kalau kamu melanjutkan disana”. Kata Abi dengan tutur yang lembut.
“Kenapa bi?”. Tanyaku yang mulai memberontak akan kata-kata Abi.
“Menurut Abi disana hanya akan menghabiskan waktu untuk hafalanmu nak. Abi juga ingin kamu khatam seperti kakakmu. Sudahlah nak, Abi tau ini berat untuk kamu lakukan tapi semua demi kebaikanmu juga” katanya menjelaskan.
“Lalu, mau Abi aku sekolah dimana?” tanyaku yang mulai sedih.
“Di Aliyah Almaaarif menurut Abi cocok untuk kamu nak” jawabnya dengan muka yang sangat meyakinkan.
Percakapan singkat dengan Abi membuatku gamang untuk menentukan sebuah pilihan. Dimana pilihan inilah yang nantinya  akan membawaku menuju kesuksesan. Bagaimana tidak gamang ? perjuanganku untuk mendaftar di MAN Malang 1 tidaklah mudah, namun membutuhkan sebuah proses panjang. Namun, saran Abi juga tidak bisa disalahkan, ia sangat faham dengan keadaan serta kemampuanku.
“Ya Rabb .. pilihan mana yang paling baik untuk kujalani ?” semua ini pasti tak lepas dari rencana terindah_Mu. Teringat kembali sebuah Sabda yang selalu terngiang ditelingaku “Ridho Allah bergantung pada Ridho kedua Orangtua”. Kalau Abi saja tidak meridhoinya bagaimana dengan Rabbku ? –Bertubi-tubi pertanyaan aneh menghantuiku-
Akhirnya, keputusan untuk meninggalkan keinginanku pun sudah sangat bulat semata-mata hanya untuk menggapai Ridho_Nya. Kuterima tawaran Abi, meski penuh dengan paksaan.  Namun dengan seiring berjalannya waktu, aku mulai belajar untuk ikhlas dalam menjalaninya, karena aku yakin dan sangat yakin akan ketetapan dan janji terindahNya.
Bukankah Allah mengambil sesuatu darimu  melainkan Dia telah mempersiapkan ganti yang lebih baik untukmu ? Kuncinya hanya satu jangan sampai kamu sedih dan berputus asa. Karena apa yang ada disisi Allah jauh lebih baik dari apa yang ada dibenakmu. Percayalah pada Allah serta berprasangkalah baik padaNya, sebab Dia sebagaimana prasangka hamba terhadapNya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar